Minggu, 25 November 2012

Teknologi Jaringan pada Telematika

Dalam telematika ada banyak teknik jaringan yang dipakai, salah satunya adahalah teknologi wireless. Bagaimana caranya agar sebuah computer dapat berhubungan dengan computer lainnya?? Dengan tidak memakai kabel ataupun bersentuhan langsung secara fisik. Jawabannya adalah Wireless Network (Jaringan Wireless).

Berikut ini adalah penjelasan mengenai bagaimana cara kerja Jaringan Wireless
Di awal telah dijelaskan bahwa untuk menghubungkan sebuah computer yang satu dengan yang lain, maka diperlukan adanya Jaringan Wireless. Menurut sebuah buku yang bersangkutan, supaya komputer-komputer yang berada dalam wilayah JaringanWireless bisa sukses dalam mengirim dan menerima data, dari dan ke sesamanya, maka ada tiga komponen dibutuhkan, yaitu:
Sinyal Radio (Radio Signal).
Format Data (Data Format).
Struktur Jaringan atau Network (Network Structure).

Masing-masing dari ketiga komponen ini berdiri sendiri-sendiri dalam cara kerja dan fungsinya. Kita mengenal adanya 7 Model Lapisan OSI (Open System Connection), yaitu:
Physical Layer (Lapisan Fisik)
Data-Link Layer (Lapisan Keterkaitan Data)
Network Layer (Lapisan Jaringan)
Transport Layer (Lapisan Transport)
Session Layer (Lapisan Sesi)
Presentation Layer (Lapisan Presentasi)
Application Layer (Lapisan Aplikasi)

Masing-masing dari ketiga komponen yang telah disebutkan di atas berada dalam lapisan yang berbeda-beda. Mereka bekerja dan mengontrol lapisan yang berbeda. Sebagai contoh:
Sinyal Radio (komponen pertama), bekerja pada physical layer, atau lapisan fisik. Lalu Format Data atau Data Format mengendalikan beberapa lapisan diatasnya. Dan struktur jaringan berfungsi sebagai alat untuk mengirim dan menerima sinyal radio.
Lebih jelasnya, cara kerja wireless LAN dapat diumpakan seperti cara kerja modem dalam mengirim dan menerima data, ke dan dari internet. Saat akan mengirim data, peralatan-peralatan Wireless tadi akan berfungsi sebagai alat yang mengubahdata digital menjadi sinyal radio. Lalu saat menerima, peralatan tadi berfungsi sebagai alat yang mengubah sinyal radio menjadi data digital yang bisa dimengerti dan diproses oleh komputer.

Bagaimana sinyal radio dapat diubah menjadi data digital?
Prinsip dasar yang digunakan pada teknologi wireless ini sebenarnya diambil dari persamaan yang dibuat oleh James Clerk Maxwell di tahun 1964. Dalam persamaan itu, dengan gamblang dan jelas Maxwell berhasil menunjukkan fakta bahwa, setiap perubahan yang terjadi dalam medan magnet itu akan menciptakan medan-medan listrik. Dan sebaliknya, setiap perubahan yang terjadi dalam medan-medan listrik itu akan menciptaken medan-medan magnet.
Lebih lanjut Maxwell menjelaskan, saat arus listrik (AC atau alternating current) bergerak melalui kabel atau sarana fisik (konduktor) lainnya, maka, beberapa bagian dari energinya akan terlepas ke ruang bebas di sekitarnya, lalu membentuk medan magnet atau alternating magnetic field.

Kemudian, medan magnet yang tercipta dari energy yang terlepas itu akan menciptakan medan listrik di ruang bebas, yang kemudian akan menciptakan medan magnet lagi, lalu medan listrik lagi, medan magnet lagi, dan seterusnya, hingga arus listrik yang asli atau yang pertama terhenti (terputus, red).

Bentuk energy yang tercipta dari perubahan-perubahan ini, disebut dengan radiasi elektromagnetik (electromagnetic radiation), atau biasa kita kenal sebagai gelombang radio. Itu artinya, radio dapat di definisikan sebagai radiasi dari energi elektromagnetik yang terlepas ke udara (ruang bebas).

Alat yang menghasilkan gelombang radio itu biasa dinamakan TRANSMITTER. Lalu alat yang digunakan untuk mendeteksi dan menangkap gelombang radio yang ada udara itu, biasa dinamakan RECEIVER. Agar kedua alat ini (transmitter dan receiver) lebih fokus saat mengirim, membuat pola gelombang, mengarahkan, meningkatkan, dan menangkap sinyal radio, ke dan dari udara, maka dibantulah dengan alat lain, yaitu ANTENA.

Berkat persamaan dari Maxwell, transmitter, receiver, serta antena, yang kemudian disatukan dalam semua peralatan wireless LAN itulah, maka komputer bisa berkomunikasi, mengirim dan menerima data melalui gelombang radio, atau biasa disebut dengan wireless netwok.
Begitu banyak stasiun Radio dengan frequency yang berbeda-beda agar tidak saling bertabrakan, gelombang radio yang akan dikirimkan ke udara itu bisa diatur frequencynya. Yaitu dengan cara mengatur atau memodifikasi arus listrik yang berada pada peralatan pengirim dan penerima tadi (transmitter, receiver).

Dan jarak yang menjadi pemisah antar frequency dinamakan SPECTRUM. Lalu, bagian terkecil dari spectrum disebut dengan BAND. Dan untuk mengukur jumlah perulangan dari satu gelombang ke gelombang yang terjadi dalam hitungan detik, digunakanlah satuan HERTZ (Hz).
Hertz, diambil dari nama orang yang pertama kali melakukan percobaan mengirim dan menangkap gelombang radio, yaitu HEINRICH HERTZ. Satu hertz dihitung sebagai jarak antara satu gelombang ke gelombang berikutnya. Dan sinyal radio itu umumnya berada pada frequency ribuan, jutaan, atau milyaran hertz (KHz, MHz, GHz). Dengan mengatur frequency itulah maka sinyal radio bisa tidak saling bertabrakan.

sumber : http://bluewarrior.wordpress.com/2009/11/30/cara-kerja-jaringan-wireless/


Jumat, 09 November 2012

PERDAGANGAN BEBAS DAN LULUSAN SARJANA SISTEM INFORMASI & TEKNIK INFORMATIKA


Istilah perdagangan bebas dapat diartikan secara sederhana sebagai perdagangan yang dilandasi mekanisme pasar murni, perdagangan dengan mekanisme pasar murni (berdasar pada permintaan dan penawaran) tanpa pengaruh-pengaruh non ekonomi dan pengaruh-pengaruh intervensi regulasi yang menyebabkan eksklusivisme. Perdagangan bebas juga harus bebas dari pengaruh politis dari negara dan hubungan antar negara. Perdagangan bebas juga dipahami searah dengan pasar bebas.

Pemikiran perdagangan bebas mulai dikembangkan ketika sistem perekonomian negara (keynesian) terlihat menjadi hambatan bagi terlaksananya perdagangan internasional dengan berdasar pada keunggulan komparatif yang menitikberatkan pada efisiensi produksi. Sistem perekonomian negara menjadi hambatan bagi perdagangan bebas ketika sebuah produk yang senyatanya lebih efisien produksinya menjadi tidak dapat masuk ke negara tertentu karena alasan di luar kerangka keunggulan komparatif. Hambatan tersebut diciptakan oleh negara tertentu dalam bentuk pemberian tarif baik bagi eksport maupun import, penetapan kuota, hambatan administratif, proteksi dan hambatan politis seperti embargo, diskriminasi dan lain sebagainya.

Alasan dari penetapan hambatan tersebut dibenarkan oleh sistem perekonomian negara yang menitikberatkan pada kemakmuran rakyatnya (harapan pada kemandirian sangat tinggi), tetapi seiring dengan perjalanan waktu, teknologi transportasi, komunikasi, dan informasi mencapai kemajuan pesat begitu pula kebudayaan sehingga memungkinkan anak Adam di benua Amerika tertarik dan ingin memiliki mode baju terbaru dari Paris. Pada titik ini pemujaan terhadap kemandirian dipertanyakan. Namun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa kedekatan geografis sangat mempengaruhi intensitas dari kebutuhancomplimentary tersebut, maka alternatif yang dimunculkan untuk menjawab problem di atas adalah pembentukan kawasan (regional) perdagangan bebas yang sebelumnya didahului dengan kerjasama produksi komplimen sesuai dengan prinsip keunggulan komparatif tadi. Tentu saja regulasi kawasan ini sangat perduli pada kesejahteraan rakyat kawasan ini, sehingga mirip dengan perekonomian negara tadi, hanya regulasi dibatasi pada point tertentu seperti penetapan tarif sebesar 0% atau 0, yang kemudian berkembang menjadi keseragaman tarif untuk importir asing dan lain sebagainya yang juga dikenal sebagai free market area. Karena kepedulian terhadap warga kawasan dan diskriminasi bagi non anggota maka kerangka tersebut lebih populer dengan istilah blok perdagangan. Eropa adalah pelopor dari kerangka ini. AFTA jelas merupakan kerjasama penciptaan blok perdagangan, sedangkan APEC mempunyai kerangka kerja lebih kompleks lagi yaitu meliputi pula kerjasama tehnik dan ekonomi.

Bagaimanakah pengaruh perdangan bebas terhadap lulusan sarjana sistem informasi?

Segala sesuatu mempunyai sisi negative dan positif, begitu pula dengan perdagangan bebas bagi lulusan sarjana sistem informasi. Jika dilihat dari sisi positifnya, lulusan sarjana sistem informasi mempunya prospek yang cerah di dalam kehidupan sekarang yang sudah menjadi kehidupan komputerisasi. Segala sesuatu dilakukan dengan computer dan teknologi yang canggih. Bukan hanya di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Maka dengan adanya perdagangan bebas, bagi lulusan sarjana sistem informasi dan teknologi informatika merupakan suatu peluang untuk merintis karir di negeri orang lain.

Dengan fakta bahwa lulusan sarjana sistem informasi dan sebidangnya, lebih dihargai oleh perusahaan di luar negeri dibandingkan di negara kita sendiri. Di Indonesia, para lulusan sarjana sistem informasi dan teknologi informatika harus memiliki berbagai macam keahlian untuk satu pekerjaan, itupun dengan upah atau gaji yang standar. Jika dibandingkan di Singapura, lulusan sarjana sistem informasi dan teknik informatika tidak dituntut untuk memiliki banyak keahlian. Cukup dengan satu keahlian saja, mereka bias bekerja dengan layak dan mendapatkan upah / gaji lebih besar daripada di Negara kita sendiri.