Rabu, 20 Juni 2012

Artikel : Konsep Pendidikan Karakter


Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga ujian nasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa. 

Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari prestasi angka angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman pengalaman bagi siswa untuk membangun dan 
membentuk karakter unggul. 

Pengertian Pendidikan Karakter
 
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan ber
karakter mulia. 

Konsep Pendidikan Karakter 
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). 

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). 

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. 

Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”. 

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi 
karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. 

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, 
hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. 

Pendidikan karakter berpijak dari 
karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. 

Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan 
kualitas pendidikan karakter. 

Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya 
peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik. 

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut. 

Kofigurasi Karakter 
Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral. Menurut Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989) mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni: pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku. Klasifikasi didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi, yakni: perilaku, kognisi, dan afeksi. 

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa 
pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 


Resensi Buku - Sakit 1/2 Jiwa



Identitas Buku :
·         Judul Buku                           : Sakit ½ jiwa.
·         Nama Pengarang             : Endang Rukmana.
·         Penerbit                              : Gagas Media.
·         Tahun Terbit                       : 2006.
·         Tebal Buku                          : 254 halaman.
·         Harga Buku                         : Rp 25.000,00.

Resensi
·         Sinopsis Buku
Bobi seorang pemuda botak mendapatkan wangsit dari seorang kakek yang hadir dalam mimpinya untuk mencari ari-ari Bobi yang menurutnya merupakan separuh jiwa Bobi. Berbekal dengan buku harian dari almarhum ayahnya, Bobi melakukan eksepedisi untuk mencari putri dari selatan dan separuh jiwanya itu. Ekspedisi itu dilakukan dengan mengadakan perjalanan ke Sasaka Domas, yaitu tempat yang dikeramatkan oleh orang Baduy. Ditengah perjalanan menuju Baduy banyak hal yang membuat Bobi belajar dari pengalaman. Ekspedisi yang awalnya hanya ingin dilakukan dengan sendiri menjadi berubah ramai karena hadirnya teman-teman pecinta alam dari kampusnya, Om Rys, Monda (Kekasih Bobi),dan Susi (Gadis yang ditemui Bobi di Baduy). Ekspedisi yang seru dan menarik, sampai pada malam terakhir di Sasaka Domas, muncul seekor harimau putih, yang masuk ke dalam raga Bobi. Menurut masyarakat Baduy, roh tersebut merupakan penjelmaan dari ari-ari Bobi. Akhirnya Bobi disarankan untuk mandi di laut selatan. Dan disanalah Bobi menemukan jodohnya, Putri selatan yaitu Monda.

·         Komentar Bahasa Pengarang
Bahasa yang digunakan pengarang adalah bahasa yang ringan sehingga dapat dimengerti oleh pembaca. Banyak bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari sehingga kita seperti ikut terlibat di dalamnya

·         Unsur Intrinsik Buku
o   Tema
Tema yang diambil adalah Komedi
o   Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju.
o   Penokohan
Penokohan pada buku ini digambarkan oleh pengarang denagan sangat jelas. Melalui ciri-ciri fisik maupun penggambaran sifat .
o   Sudut Pandang Pengarang (Point Of View)
Pada buku ini, Pengarang berlaku sebagai orang ketiga. Ia tidak terlibat langsung di dalam cerita.
o   Amanat
Amanat yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah, Belajar dari pengalaman adalah guru yang paling berharga.

·         Kelebihan dan Kekurangan Buku
o   Kelebihan Buku
Buku ini sangat menarik, penuh semangat dan petualangan. Bahasa yang digunakan sangat menarik. Dan pendeskripsian suatu latarnya sangat tepat, seolah kita ikut berpetualang bersama.
o   Kekurangan Buku
Pada awal cerita, penggambaran tokohnya sangat umum sehingga kita hanya terpaku oleh satu karakter.


Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan


Peranan Tanaman Hias Indoor Populer

Peranan tanaman indoor ( tanaman hias dalam ruangan ) semakin lama semakin dibutuhkan  di kota-kota besar karena dapat memperindah ruangan sekaligus menciptakan kesegaran dan kenyamanan. Selain itu, tanaman indoor juga dapat menangkal kejemuan dan kelelahan mental sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan gairah kerja, ketenteraman, dan kejernihan pikiran. Sayangnya, tanaman indoor yang dipajang di dalam ruangan seringkali rusak, sakit, merana, atau tidak tahan lama karena salah perawatan atau salah pilih tanaman.

Pembangunan fisik di kota-kota besar, seperti berdirinya gedung pencakar langit, rumah-rumah megah, hotel, perkantoran, dll. Semua itu memberi kesan keras, kaku, dan kurang alamiah. Pembangunan-pembangunan tersebut sangat berpengaruh terhadap perubahan lingkungan dan ruang tinggal manusia sebagai penghuni utamanya. Dampak yang ditimbulkan sering kurang menyenangkan. Karena kurang alamiah, lingkungan baru itu sering mengurangi kenyamanan kerja dan mudah menimbulkan gangguan kesehatan, seperti pening, mata pedas dan berair, dll.

Gejala-gejala itu oleh para ahli kesehatan disebut sick building syndrome ( SBS ).Gangguan kesehatan karena SBS itu terjadi karena ruangan yang digunakan untuk tempat tinggal, kantor, dan kegiatan kerja yang dirancang sedemikian rupa agar terlindung dari panas sinar matahari, tiupan angin, dan guyuran air hujan. Ruangan dibuat tertutup tanpa jendela dan hanya sedikit cahaya dan udara segar dari luar ruangan yang dapat masuk. Praktis lingkungan di dalam ruangan sangat berbeda dengan lingkungan alam di luar ruangan. Ruangan yang tertutup tanpa jendela hanya mempunyai sedikit persediaan cahaya dan udara segar. Suasana itu kurang memenuhi kesehatan.

Maka dari itu, kita memerlukan tanaman-tanaman yang membuat mata kita tidak perih, tidak pening, hidung tidak tersumbat, dan semua penyakit SBS. Jika di dalam ruangan kita memerlukan tanaman indoor atau tanaman indoor plant. Ada juga yang menyebutnya tanaman wisama sari karena dipajang untuk mempercantik ruangan. Adanya sentuhan tanaman indoor yang dipajang di dalam ruangan ini dapat mencegah timbulnya gangguan penyakit. Kehadiran tanaman itu sangat berperan dalam memberikan kesegaran, keindahan, dan kesejukan suatu ruangan.Dengan demikian, penghuni gedung-gedung modern dapat lebih tenang dan dapat lebih aktif bekerja dengan suasana yang lebih nyaman di ruangnya.

Daftar Pustaka : Andy Laiyan, Yohannes. Peranan Tanaman Hias Indoor Populer, Cetakan Pertama. PT. Penebar Swadaya. jakarta. 1997.

Paragraf Induktif & Deduktif


  • Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.

Contoh Paragraf Induktif :

"Mungkin anda semua pernah mendengar atau mengetahui tentang Manchester City. Klub sepakbola asal Inggris ini memiliki pemain yang mempunyai skill yang diatas rata-rata.Permainan yang atraktif membuat semua pecinta sepakbola diseluruh dunia ingin menyaksikan pertandingan klub ini. Ditambah dengan determinasi permainan yang sangat bagus, dan juga mental juara para pemainnya. Satu hal lagi yang membuat mengapa klub ini begitu disegani oleh klub-klub lain adalah kejeniusan sang pelatih dalam meramu taktik permainan. Ialah Roberto mancini, pelatih bertangan dingin dan bermental juara untuk menahkodai klub ini, sehingga mampu meraih Trophy Liga Inggris musim lalu. Itulah mengapa klub bernama Manchester City sangat disegani oleh klub-klub lain di dunia."

  • Paragraf Deduktif
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.

Contoh Paragraf Deduktif :

"Manchester City merebut gelar juara liga Inggris untuk pertama kali dalam 44 tahun setelah menundukkan Queen Park Rangers 3-2 pada perpanjangan waktu dalam musim pertandingan paling seru. Sergio Aguero mencetak gol kemenangan pada perpanjangan waktu, beberapa detik setelah Manchester United menundukkan Sunderland 1-0. Manchester City mencatat kemenangan dengan angka yang sama 89 poin namun United jauh tertinggal dalam perbedaan gol."